Latest Post

Panorama Tabek Patah

Written By marketing on Selasa, 24 April 2012 | 09.29

Tabek_Patah
Panorama Tabek Patah terletak di Nagari Tabek patah Kecamatan Salimpaung dengan jarak sekitar 16 kilometer dari pusat Kota Batusangkar. Tabek Patah berasal dari kata "tabek" yang berarti kolam yang patah menjadi dua bagian. Sebelah utara dinamakan dengan "Talago Pakis" dan sebelah selatan dinamakan "Aia Taganang". Dari ketinggiannya kita dapat menyaksikan keindahan hamparan daerah di bawahnya yang dikelilingi oleh perbukitan dan hutan pinus

Nagari Pandai Sikek

Tenun_Pandai_Sikek
Nagari Pandai Sikek termasuk kedalam wilayah administratif Kecamatan X Koto. Terletak sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Batusangkar ke arah Bukittinggi (via Padang Panjang). Daerah ini terkenal dengan produksi kain tenunnya yakni Tenun Pandai Sikek. Hampir setiap rumah rumah tangga di daerah Pandai Sikek ini memproduksi kain tenun yang keahliannya diwariskan secara turun temurun. Selain kain tenunnya daerah ini juga dikenal dengan makanan khasnya yang bisa dijadikan oleh-oleh bila berkunjung ke daerah ini yaitu Bika, yang terbuat dari adonan tepung dan kelapa yang di sangrai ditungku/perapian.

Nagari Tuo Pariangan

Pariangan



Secara administratif Nagari Tuo Pariangan termasuk kedalam wilayah Kecamatan Pariangan. Nagari ini terletak sekitar 14 kilometer dari pusat Kota Batusangkar  ke arah Padang Panjang. Menurut sejarah dari daerah inilah nenek moyang orang Minangkabau berasal. Hal ini ditandai dengan adanya bukti sejarah seperti berupa Batu Tigo Luak, Balai Saruang, Prasasti Menhir, dan Sawah Satampang Baniah. Di nagari ini juga terdapat tempat wisata berupa pemandian air panas yang mengandung sulfur yang sangat bermanfaat untuk kesehatan kulit.

Dabuih

Dabuih

Dabuih atau yang dikenal dengan istilah Debus di beberapa tempat di Indonesia seperti Banten merupakan permainan  yang memperagakan kekuatan ilmu batin serta kekebalan tubuh. Atraksi ini cukup mengerikan karena para pemainnya ada yang disayat, ditusuk bahkan digorok oleh lawan mainnya menggunakan senjata tajam seperti pisau ataupun golok tanpa terluka sedikitpun.

Alu Katentong

Alu_Katentong

Atraksi Alu Katentong ini dimainkan oleh kaum wanita sebagai ekspresi kegembiraan kala menumbuk padi menggunakan alu di sebuah lesung dengan cara bergantian memukulkan alu tersebut ke lesung sehingga menghasilkan irama-irama tertentu yang bernuansa ceria. Diantara irama yang dihasilkan tersebut dikenal dengan istilah "alang babega" (elang melayang), "alang ka turun" (elang menukik) dan sebagainya.

Batu Basurek


Batu_Basurek

Batu Basurek atau batu tulis merupakan prasasti peninggalan kerajaan Pagaruyung semasa pemerintahan Raja Adityawarman. Batu Basurek ini terdapat antara lain di daerah Kubu Rajo Nagari Lima Kecamatan Lima Kaum serta di daerah Koto Tangah Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas. Prasasti ini ditulis menggunakan huruf jawa kuno dalam bahasa sanskerta. Isinya bercerita tentang Raja Adityawarman sebagai penguasa negeri emas yang murah hati dan penuh belas kasih. Diperkirakan prasasti ini ditulis pada tahun 1300-an masehi.

Balairung Sari

Balairung_Sari
Balairung Sari terletak di Nagari Tabek Kecamatan Pariangan sekitar 11 kilometer dari Kota Batusangkar. Bangunan ini mirip "rumah gadang" (rumah adat Minangkabau). Tapi tidak memakai dinding dan kamar-kamar. Dulu bangunan ini berfungsi sebagai tempat melaksanakan rapat bagi para pemimpin adat. Diperkirakan bangunan ini telah berusia lebih dari 300 tahun. Dibangun oleh arsitek Minang yang bernama Datuk Tantejo Gurhano.

Batu Batikam

Batikam
Batu Batikam terletak di Nagari Lima Kaum Kecamatan Lima Kaum dengan jarak sekitar 5 kilometer dari Kota Batusangkar. Batu Batikam sendiri merupakan sebuah batu yang berlubang pada bagian tengahnya akibat ditikam oleh keris Datuk Perpatih Nan Sabatang. Ceritanya berawal dari pertikaian yang terjadi antara dua orang pucuk pimpinan adat Minangkabau yaitu Datuk Parpatiah Nan Sabatang dengan Datuk Katumanggungan. Karena tidak tahan menahan emosi maka Datuk Parpatiah Nan Sabatang menghunus kerisnya lalu menikamkannya ke sebuah batu yang kemudian di kenal dengan Batu Batikam.

Istana Pagaruyung

Istano
Istano Pagaruyung terletak di Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas dengan jarak sekitar 5 kilometer dari Kota Batusangkar. Sementara dari ibukota propinsi Sumatera Barat berjarak sekitar 105 kilometer. Istano Pagaruyung merupakan objek wisata andalan Kabupaten Tanah Datar.  Disamping itu, Istano Pagaruyung juga merupakan salah satu "icon" pariwisata Propinsi Sumatera Barat. Hampir setiap agen perjalanan yang ada di Propinsi Sumatera Barat selalu mencantumkannya dalam paket perjalanan yang mereka tawarkan. Bangunan Istana Pagaruyung ini berbentuk rumah adat minang atau yang sering dikenal dengan sebutan "rumah gadang" dengan ukuran yang sangat besar dan atapnya berbentuk tanduk kerbau yang melengkung meruncing keatas.



Bangunan ini terdiri atas 11 gonjong, 72 tonggak, dan 3 lantai. Eksterior dan interiornya dilengkapi dengan beragam ukiran yang tiap-tiap bentuk dan warna ukirannya mempunyai falsafah sejarah dan budaya Minangkabau. Sementara di ruang tengah dipamerkan berbagai benda bersejarah seperti keramik peninggalan kerajaan Pagaruyung dan berbagai benda kerajinan tangan dari Minang. Uniknya, semua tonggak yang menyangga bangunan ini dibuat miring yang tentunya agak bertentangan dengan teori arsitektur yang ada tapi tidak mengurangi kekokohan bangunan itu sendiri. Selain itu, di bagian halamannya, bangunan istana ini juga dilengkapi dengan bangunan surau, "rangkiang" (yang berfungsi sebagai tempat penyimpan hasil panen), serta "tabuah" (untuk memanggil warga).


Istano Pagaruyung ini sendiri merupakan replika dari bangunan Istano Rajo Alam Pagaruyung yang dibakar Belanda pada tahun 1804 dan dibangun kembali pada tahun 1976. Pada tanggal 27 Februari 2007, Istano Pagaruyung mengalami kebakaran akibat disambar petir dan saat ini masih dalam proses pembangunan kembali. Istana ini dilatarbelakangi oleh panorama Gunung Bungsu yang merupakan sarana wisata sangat cocok untuk camping dan hiking.

Lukah Gilo


Lukah_Gilo
Atraksi Lukah Gilo merupakan permainan ketangkasan untuk menguji keterampilan anak nagari dalam mengendalikan semacam alat penangkap ikan (bubu) yang telah dimanterai sebelumnya oleh seorang pawang. Bubu atau lukah tersebut kemudian dapat bergerak sendiri, melompat-lompat, atau menari-nari sesuai dengan keinginan sang pawang sehingga disebut dengan Lukah Gilo (Bubu Gila).

Pacu Jawi

Pacu_Jawi
Pacu Jawi (Pacu Sapi) merupakan atraksi permainan anak nagari di Kabupaten Tanah Datar. Pacu Jawi pada awalnya merupakan kegiatan pengisi waktu, saat musim tanam tiba. Berbeda dengan karapan sapi di Madura yang diselenggarakan di arena kering. Pacu Jawi di Tanah Datar di gelar di persawahan sehabis panen dalam kondisi arena berlumpur. Uniknya Pacu Jawi ini dilombakan bukan dengan pasangan lawan sebagaimana layaknya perlombaan, tetapi hanya dilepas satu pasang setiap lomba. Seorang joki mengendarai sepasang sapi yang diapit dengan peralatan pembajak sawah sambil memegang tali dan ekor kedua sapi. Ketika joki ingin berlari cepat, dia akan menggigit ekor-ekor sapi. Semakin cepat sapi itu berlari, semakin keras dia harus menggigit ekor sapi.

Panorama Shaduali

Shaduali
Panorama Shaduali terletak di jorong Panti Nagari Rambatan Kecamatan Rambatan dengan jarak sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Batusangkar ke arah Solok. Panorama Shaduali sendiri merupakan kawasan puncak dari sebuah bukit yang bernama Shaduali dimana dari ketinggiannya kita dapat melihat  seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Tanah Datar sejauh 360 derajat tanpa halangan. Inilah keistimewaan Panorama Shaduali ini bila dibandingkan dengan kawasan puncak lainnya yang ada di wilayah Kabupaten Tanah Datar.

Lembah Anai

Lembah_Anai
Lembah Anai terletak di Nagari Singgalang Kecamatan X Koto persisnya di jalan raya Padang-Bukittinggi dengan jarak sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Batusangkar (via Padang Panjang). Lembah Anai terkenal dengan objek wisata air terjunnya. Lembah Anai sendiri merupakan daerah cagar alam yang dilindungi. Di dalam rindangnya hutan terdapat beberapa tanaman langka yang sekaligus menjadi daya tarik dari Cagar Alam Lembah Anai, salah satunya adalah bunga bangkai (amorphyphalus titanum). Bunga bangkai ini tumbuh subur di tengah hutan. Selain bunga bangkai ada juga beberapa tumbuhan kayu yang menjadi daya tarik kawasan cagar alam ini, di antaranya cangar, sapek, madang siapi-api (litsea adinantera), cubadak/cempedak air (artocarpus sp), madang babulu (gironniera nervosa), dan lain-lain.
Ada pula hewan langka yang hampir punah, di antaranya harimau sumatra (phantera tigris sumatrensis), rusa (cervius timorensis), siamang (hylobates syndactylus), kera ekor panjang (macaca fascicu- laris), beruk (macaca nemestrena), trenggiling (manis java- nica), kancil (tragulus sp), tapir, dan biawak. Hewan yang sering dijumpai oleh wisatawan ketika melewati kawasan ini, adalah kera ekor panjang, siamang, dan beruk. Ketiga hewan ini selalu bergerak untuk mencari buah-buahan yang terdapat di kawasan hutan hingga ke pinggir jalan raya. Sementara itu, untuk melihat hewan yang lain diperlukan tenaga pendamping yang mengantar pengunjung langsung ke tempat hewan tersebut biasa bermain dan mencari makan. Selain hewan-hewan tersebut, Cagar Alam Lembah Anai juga dihuni oleh aneka burung, seperti elang (accipitriade sp), burung balam (bolumbidae), burung punai, dan burung puyuh. Burung elang biasanya hidup di atas pohon tinggi. Apabila beruntung, wisatawan dapat melihatnya ketika burung tersebut terbang mengelilingi hutan untuk mencari mangsa.

Batusangkar

Gedung Indo Jolito yang merupakan icon dari kota batusangkar
Batusangkar (batu: stone, rock, sangkar: cage) is the capital of the Tanah Datar regency of West Sumatra, Indonesia. or as known "the city of culture"

History

The town is near the former seat of the Minangkabau royalty established by Adityawarman in Pagaruyung, represented by the reconstructed Pagaruyung Palace. A number of stones bearing inscriptions (prasasti) left by Adityavarman that remain in the region are the first written records in West Sumatra. After the death of Adityavarman (1375) no more stone inscriptions were produced.

fort van der Capellen

The town was known as Fort Van der Capellen during colonial times, when it was a Dutch outpost established during the Padri War (1821-37). The fort was built between 1822 and 1826 and named after the Governor-General of the Dutch East Indies, Godert van der Capellen. The city was officially renamed Batusangkar in 1949, replacing its colonial name.thumb|left|300px|Fort van der Capellen 1822-182

Batusangkar

Gedung Indo Jolito yang merupakan icon dari kota batusangkar


Asal Usul

Kenapa bernama Batusangkar belum dapat diketahui dengan pasti,banyak yang menyebutkan batusangkar berasal dari kata batu dan sangkar, namun tidak diketemukan pasti dimana batu yang berada dalam sangkar ataupun batu berbentuk sangkar. yang jelas daerah ini sebelumnya dikenal sebagai Fort Van der Capellen selama masa kolonial Belanda, yaitu sebuah benteng pertahanan Belanda yang didirikan sewaktu Perang Padri. Benteng ini dibangun antara 1822 dan 1826 dan dinamai menurut nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda, G.A.G.Ph. van der Capellen. Kawasan ini secara resmi berganti nama menjadi Batusangkar pada tahun 1949, menggantikan nama kolonialnya.
Benteng Van der Capellen tahun 1826
Setelah meredanya PRRI/Permesta, pada tahun 1957, kawasan ini diduduki oleh batalyon 439 Diponegoro, dan selanjutnya pada tanggal 25 Mei 1960 menjadi kantor Polres Tanah Datar.

Sekilas tentang Batusangkar

di batusangkar sendiri terdapat beberapa gedung dan sarana pemerintahan penting yang menjadikan kekhasan batusangkar sebagai ibukota tanah datar

Fort Van der Capellen

Dan seiring dengan perkembangan zaman dan adanya keinginan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar untuk memindahkan Pusat Pemerintahan dari Batusangkar ke Pagaruyung, maka pada tanggal 26 April 2001 Markas Komando (Mako) Polres Tanah Datar yang baru di resmikan di Pagaruyung. Dan selanjutnya kawasan ini akan direhabilitasi kembali menjadi Fort Van der Capellen sebagai tempat objek wisata sejarah. Sekarang, kawasan ini masuk menjadi bahagian dari kecamatan Lima Kaum, kabupaten Tanah Datar.
Fort van der Capellen 1822-1826

Gedung Indo Jelito

gedung indo jelito sendiri merupakan kediaman dari bupati Kabupaten Tanah Datar setiap bupati yang menjabat, otomatis akan bertempat tinggal disini, gedung ini sendiri merupakan bekas kediaman residen belanda yaitu Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen saat zaman kolonial, arsitekturnya kental sekali dengan gaya art deco yang mencirikhaskan gaya bangunan belanda

Gedung Nasional Maharajo Dirajo Tanah Datar

gedung ini merupakan gedung yang sudah sejak lama ada di batusangkar sebagai gedung pertunjukan dan acara acara yang dilakukan oleh pemda dan masyarakat tanah datar, gedung ini kemudian dibangun ulang kembali karena bangunan sebelumnya yang sudah tidak layak, Bangunan baru Gedung Nasional ini dilengkapi ruang pertemuan,ruang rapat kecil, ruang tunggu VIP,gallery,basement dan fasilitas penunjang lainya, Dengan konsep bangunan memakai elemen-elemen bangunan tradisional,seperti gonjong, ukiran dan komposisi rumah gadang Minangkabau, Gedung Nasional merupakan gedung pertemuan multifungsi yang dapat digunakan untuk kegiatan pemerintahan maupun kegiatan lainya, Berada dikawasan pusat kota Batusangkar tepatnya di perempatan Jalan Sukarno Hatta, dengan luas site mencapai 3,8 Ha.memungkinkan menjadi landmark kawasan karena posisi di sudut jalan dan di depan Lapangan Cindua Mato.
gedung nasional Maharajo Dirajo Tanah Datar yang menjadi icon baru Batusangkar

Fasilitas Publik

tentang fasilitas publik yang ada di batusangkar, batusangkar memiliki fasilitas yang cukup lengkap mulai dari sekolah dasar yang terdiri dari puluhan yang tersebar di seputaran kota, SMP ada SMP 1 batusangkar, SMP 2 batusangkar dan SMP 5 batusangkar, kemudian SMA juga terdapat negeri dan swasta, mulai dari SMA 1 batusangkar, SMA 2 batusangkar, dan SMA 3 batusangkar, swasta terdiri dari SMK progresif dan SMA Muhammadiyah, fasilitas kesehatan mulai dari RSUD hanafiah batusangkar dan beberapa puskesmas di tiap kabupaten, dan pasar kota batusangkar sebagai tempat pergerakan ekonomi di kota ini
pasar batusangkar

Pemekaran Daerah

Kota Batusangkar merupakan ibukota Kabupaten Tanah Datar akan dinaikkan menjadi kotamadya.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Batusangkar - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger